Tingkat Literasi Digital Masyarakat Indonesia Dalam Menelaah Berita Dari Media Daring

Education

Article Image (Tingkat Literasi Digital Masyarakat Indonesia Dalam Menelaah Berita Dari Media Daring)

Literasi digital merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami pada masa sekarang ini di mana hampir seluruh kebutuhan dapat diakses dari genggaman ponsel, baik dari kebutuhan sehari-hari dengan belanja daring sampai dengan kebutuhan akan informasi yang bisa didapat dari media sosial dan situs portal berita. Namun, pada kenyataannya masih banyak orang yang tidak memahami seluk beluk dunia digital sehingga mudah terjebak, bahkan berpartisipasi dalam penyebaran berita bohong. Maka dari itu, ditulislah artikel ini untuk memperdalam pemahaman tentang istilah-istilah digital dan mengukur seberapa sering kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan dalam rangka menelaah atau memahami isi dan sumber berita daring.

Penjelasan Domain, Dan Kebiasaan Masyarakat Indonesia Dalam Mengecek Nama Domain

Dalam menelaah berita dari sumber daring, diperlukan tingkat literasi digital. Pembahasan literasi digital dimulai dengan bagaimana internet bekerja. Pada dasarnya, dengan kemampuan di bidang komputer, semua orang dapat membuat konten atau bahkan meniru laman tertentu dan dimasukkan ke dalam jaringan web.

Secara singkat, definisi domain adalah nama dari situs, atau yang dapat disebut URL. Setiap domain itu unik, dan tidak ada yang sama. Menurut survei dari Kominfo di 34 provinsi di Indonesia pada tahun 2020, mayoritas masyarakat Indonesia jarang, sangat jarang atau bahkan tidak pernah memeriksa domain situs web yang dikunjungi untuk membaca sebuah berita. Dari survei tersebut, dapat diketahui bahwa pemahaman tentang konsep domain oleh masyarakat Indonesia masih rendah. Hal ini penting karena jika ada yang membuat berita bohong dengan tampilan yang sangat mirip dengan media mainstream tertentu, maka satu-satunya hal yang dapat membedakannya adalah dengan cara memperhatikan nama domain.

Kebiasaan Membaca Laman About Us

Jika domain situs yang kita kunjungi sudah dirasa tepat dan bukan situs tiruan, kita bisa melanjutkan dengan membaca secara singkat informasi tentang kami atau about us yang terdapat pada bagian bawah semua situs berita daring. Dengan membaca laman about us, diharapkan masyarakat dapat mengetahui latar belakang dari media daring tersebut. Namun hasil survei Kominfo mengungkapkan bahwa hanya sekitar 8,3% persen masyarakat Indonesia yang sering/sangat sering untuk meluangkan waktunya untuk membaca laman about us. Ini menjadi hal yang memprihatinkan karena hanya dengan membaca beritanya saja, masyarakat akan kesulitan untuk menyimpulkan kenapa artikel tersebut ditulis dan dimuat.

Semakin Banyak Sudut Pandang, Semakin Jernih Melihat Suatu Masalah

Di dalam dunia nyata, untuk memahami dengan baik permasalahan atau isu tertentu, kita harus melihat permasalahan atau isu tersebut dari banyak sudut pandang. Hal serupa juga berlaku di media digital. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, semua orang dapat memasukkan kontennya ke dalam jaringan web. Ini berarti di jaringan web, terdapat banyak opini dan sudut pandang yang tersebar untuk membahas suatu isu/fakta yang sama. Dengan melihat beberapa sumber informasi pada suatu masalah yang sama, diharapkan masyarakat bisa memahami suatu isu atau masalah tertentu dengan jernih dan tidak terjadi bias. Menurut survei Kominfo, sudah sekitar 21% persen masyarakat Indonesia yang sering/sangat sering membaca lebih dari satu sumber media daring pada suatu isu yang sama. Bukan angka yang baik, namun angka ini diharapkan untuk terus meningkat seiring dengan pemahaman tentang literasi digital masyarakat Indonesia yang semakin tinggi.

Periodisasi perkembangan teknologi dan reaksi masyarakat Indonesia terhadapnya

2000-2008

Ponsel dan wartel adalah sarana komunikasi yang penting dalam menjalin hubungan dengan sanak keluarga yang jauh pada periode ini. Dengan ponsel dan wartel, kita dapat tetap terhubung dengan keluarga dan orang-orang tercinta, bahkan jika jarak geografis memisahkan kita. Sumber informasi yang ada hanyalah dari mulut ke mulut dan dari media mainstream seperti TV, radio dan koran.

2008-2013

Mulai bermunculan ponsel yang dapat tersambung ke jaringan internet (2G). Namun pada umumnya, ponsel masih digunakan hanya sebagai sarana komunikasi belaka. Orang banyak yang membuka Facebook untuk eksis dan penyebaran informasi secara masif belum terjadi di media sosial. Pembajakan karya intelektual merajalela, pasti kalian gak asing dengan mas-mas MP3 stafaband yang satu ini kan

Untitled

2014

Pemilu dan Pilpres, masih ingat betul aku koran obor rakyat yang pure hoaks. Di sini penyebaran informasi masih melalui media mainstream seperti koran, radio dan televisi.

2015-2019 (Periode Transisi / Kaget)

4G has come!

4G merubah habis-habisan paradigma lama, banyak yang sudah mendapat informasi dari media sosial. Namun semua dianggap valid (masyarakat menganggapnya kevalidannya setara dengan media mainstream). Ada bubble dalam bermedia sosial. Contoh hanya berteman facebook dengan orang yang pemikirannya sama, sehingga pemikiran itu jadi kolot dan menganggap hanya itu yang benar

2020-sekarang

Bubble sudah pecah, jujur pemerintah melakukan hal yang sangat baik untuk memerangi hoaks dan mendidik masyarakat, masyarakat sudah aktif menggunakan media sosial sebagai sarana bertukar informasi dan keterbukaan berpendapat. Pemerintah kotor mulai ketar-ketir dan terus menggunakan cara lama (membungkam namun tak menyelesaikan masalah), namun masyarakat sudah cukup cerdas untuk mengatasinya. Contoh pada kasus viralnya Mahfud MD pada saat berdebat dengan DPR atau kasus kritik pedas Bima Lampung.

Di zaman ini juga muncul kekhawatiran terkait merebaknya penggunaan teknologi AI. Teknologi AI seperti ChatGPT pada banyak hal sangat menguntungkan kehidupan manusia. Namun perlu diketahui Generative AI (AI yang bisa menghasilkan sesuatu) ini hanya mengandalkan model statistik untuk menghasilkan suatu tulisan (seperti permainan sambung kata), sehingga seringkali AI memberikan informasi yang salah (AI berhalusinasi). Parahnya informasi salah yang dihasilkan, sekilas tampak benar oleh orang awam yang kurang paham tentang informasi tersebut. Namun seiring peningkatan edukasi masyarakat, dinilai dampak negatif dari AI akan semakin berkurang dari waktu ke waktu.

Wrapping Up

Dari artikel ini, dapat disimpulkan bahwa literasi digital sangat penting dalam menelaah berita dari media daring. Masyarakat Indonesia masih memerlukan pemahaman yang lebih baik tentang domain, about us, dan pentingnya melihat suatu isu dari berbagai sudut pandang. Di masa depan, diharapkan masyarakat semakin teredukasi dan literasi digital semakin meningkat untuk membantu melawan penyebaran berita bohong yang semakin marak.

Memuat Komentar...

Tambahkan Komentar

Kirim Komentar